Doa Yang Tidak Terjawab

Minggu, 12 Februari 2012

Baca: Roma 11:26-36

Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan- Ku dari rancanganmu. —Yesaya 55:9

Rasul Paulus mempunyai satu keinginan yang besar, yakni agar orang Yahudi sebangsanya akan menerima sang Mesias yang telah dikenalnya. “Aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati,” katanya. “Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku” (Rm. 9:2-3). Namun, dari kota ke kota, orang-orang sebangsanya menolak dia dan menolak Kristus yang dikhotbahkannya.

Dalam suratnya yang paling indah, Paulus menjadikan bagian Roma pasal 9–11 sebagai pusat perhatiannya, dimana dengan perasaan yang menggebu-gebu, ia secara terbuka menuliskan pergumulan tentang doa besar dalam hidupnya ini yang tidak dijawab oleh Allah. Namun ia mengakui satu dampak positif yang penting dari perkembangan yang menyedihkan hatinya ini: Penolakan orang Yahudi terhadap Yesus membawa kepada penerimaan orang non-Yahudi terhadap Yesus. Paulus menyimpulkan bahwa Allah belumlah menolak orang Yahudi; sebaliknya, mereka memiliki kesempatan yang sama seperti orangorang non-Yahudi. Allah tidak menutup melainkan justru telah membuka lebar-lebar pintu keselamatan-Nya kepada umat manusia.

Pikiran Paulus mulai membubung tinggi ketika ia tertegun dan melihat gambaran besarnya. Dari situ, terpancarlah pengagungan bagi Allah ini dengan kuatnya:

Oh, alangkah dalamnya kekayaan
hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya
dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Rm. 11:33)

Semua misteri yang tak terungkap dan segala doa yang tak terjawab akan pudar dalam keagungan rencana Allah bagi sepanjang masa.

Pada akhirnya, doa yang tidak terjawab membawa saya berhadapan dengan misteri yang telah membuat Paulus tertegun: betapa jauhnya perbedaan antara sudut pandang saya dan sudut pandang Allah. —PDY

Doa memberi kita kekuatan untuk berjalan dan tidak menjadi lemah. —Chambers