Deklarasi Ketergantungan

Selasa, 26 Oktober 2010

Baca: Yohanes 15:1-8

Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. —Yohanes 15:5

Orang dewasa merasa puas ketika melihat anak-anak belajar melakukan sesuatu sendiri: berpakaian, menggosok gigi, mengikat tali sepatu, bersepeda, atau berjalan kaki ke sekolah.

Sebagai orang dewasa, kita pun senang dapat membayar kebutuhan kita sendiri, tinggal di rumah yang kita beli sendiri, membuat keputusan bagi diri sendiri, tidak bergantung pada pertolongan dari pihak luar. Ketika menghadapi tantangan yang tidak terduga, kita mencari buku-buku panduan untuk “menolong diri sendiri”. Ini semua kita lakukan sambil menutup sikap hati yang sesungguhnya paling dirindukan Allah dan yang paling jujur menyatakan kondisi kita di dunia ini. Inilah yang dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya: “Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5).

Kebenarannya adalah bahwa kita hidup dalam jejaring ketergantungan, dengan Allah sebagai pusatnya, dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Seorang teolog berkebangsaan Norwegia, Ole Hallesby, menetapkan kata ketidakberdayaan sebagai kesimpulan terbaik dari sikap hati yang diterima Allah sebagai doa. Ia berkata, “Hanya orang tak berdaya yang dapat sungguh-sungguh berdoa.”

Banyak orangtua merasakan kepedihan ketika sang anak bertumbuh mandiri, meskipun mereka tahu bahwa pertumbuhan itu adalah sehat dan normal. Dengan Allah, aturan-aturan tersebut berubah. Kita tidak pernah dapat terlepas dari ketergantungan, dan ketika berpikir bahwa kita dapat mandiri, kita sedang memperdaya diri sendiri. Doa adalah deklarasi ketergantungan kita kepada Tuhan. —PDY

Serahkanlah pada-Nya setiap masalah yang mengganggu,
Katakanlah pada-Nya segala kebutuhanmu;
Bawalah pada-Nya semua bebanmu setiap hari—
Jangan pernah menanggungnya seorang diri. —Adams

Berdoalah seolah-olah hidup Anda hanya bergantung pada doa.
Karena memang demikian kenyataannya!