Mengasari Pendeta

Sabtu, 18 September 2010

Baca: 1 Timotius 5:17-25

Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. —1 Timotius 5:17

Saya sedang menyaksikan cucu saya di kelas delapan bertanding sepakbola Amerika, ketika wasit menyatakan bahwa terjadi pelanggaran dan ia menghentikan permainan.  Ternyata, setelah bola dilemparkan, anak yang melemparkan bola tersebut ditekel, dan ini menyebabkan terjadinya pelanggaran.  Penyiar dari ruangan pers memberitakan: “Bendera tanda penalti telah dijatuhkan.  Pelanggarannya adalah mengasari pendeta, eh, maksud saya, pelempar.” Begitu ia mengucapkannya, terbersit di pikiran saya, Allah juga dapat memberikan hukuman kepada beberapa gereja karena telah berlaku kasar kepada pendetanya!

Ini bukan karena para pendeta sudah sempurna. Jika itu yang kita cari, gereja tanpa pendeta akan menjadi hal yang umum. Persoalannya adalah bahwa Allah memanggil kita untuk menghormati mereka yang memimpin kita secara rohani, “terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.” (1 Tim. 5:17). Menurut pendapat saya, jabatan pendeta adalah salah satu pekerjaan yang tersulit di planet ini. Kita hidup dalam dunia yang canggih, bergerak cepat, dan rumit, dan tuntutan kita agar pendeta bisa “selalu tampil prima” seringkali terlalu muluk, sehingga tidak mungkin dapat dicapai.

Jadi, marilah kita mengalihkan fokus kita dan menjadi anggota gereja yang tampil prima sehingga kita dapat menghormati pendeta kita dengan kata-kata yang membesarkan hati dan melalui doa. Sebuah pesan yang menguatkan, atau ucapan terima kasih ketika kita bertemu dengannya, akan menjadi dorongan yang kuat agar para pendeta terus melayani dengan penuh sukacita dan secara efisien. —JMS

Tuhan, tolongku menghargai
Karya yang orang lain buat,
Pelayanan dari hati mereka,
Pengorbanan mereka bagi-Mu. —Sper

Janganlah berlaku kasar kepada pendeta Anda—
hari ini kirimkanlah kata-kata yang membesarkan hatinya.