Kupercaya Janji-Mu

Oleh: Tesalonica Viana

Bapa selalu dengar doaku
Bapa selalu mengarahkan telinga-Nya kepadaku
Dalam sesaknya himpitan hidupku
Aku datang kepada Tuhan
dengan airmataku yg bercucuran tak tertahankan
Membawa salibku dan salib mereka
yang tak seharusnya kutanggung

Tetapi ketika ku datang dalam hadirat-Mu
Aku rasakan pelukan-Mu yg erat dari balik punggungku
Kau mendorongku ‘tuk tetap bertahan hadapi ini semua
Aku merasakan air mata-Mu yg jatuh dipunggungku
Betapa kutersentuh saat itu
Kau ikut bersedih, menderita,
bahkan menangis untuk permasalahanku

Kuputuskan untuk bangun, bangkit kembali
Karena ku percaya Tuhan
Janji-Mu dalam hidupku

Love U God!

Kemarahan Ike

Senin, 13 September 2010

Baca: Amsal 16:21-33

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan. —Amsal 16:32

Pada 6 Juni 1944, Dwight D. Eisenhower, Komandan Tertinggi Pasukan Sekutu, adalah orang yang paling berkuasa di atas bumi. Di bawah otoritasnya, pasukan amfibi terbesar yang pernah ada dipersiapkan untuk membebaskan benua Eropa yang dicengkeram oleh Nazi. Bagaimana Eisenhower dapat memimpin pasukan yang sangat besar itu? Sebagian jawabannya dapat dikaitkan dengan kemampuannya yang hebat dalam bekerja sama dengan berbagai macam orang.

Namun, banyak orang yang tidak tahu, bahwa dulunya Ike (nama panggilan Eisenhower), tidak selalu bergaul karib dengan orang lain. Pada waktu kecil, ia sering berkelahi di sekolah. Syukurlah ia mempunyai seorang ibu yang penuh kasih dan mengajarkan kepadanya firman Allah. Suatu kali, ketika sedang membalut tangan Ike setelah kemarahannya yang meledak-ledak, si ibu mengutip Amsal 16:32, “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Bertahun-tahun kemudian, Eisenhower menulis, “Aku selalu mengingat kembali percakapan itu sebagai salah satu peristiwa yang paling berharga di dalam hidupku.” Tidak diragukan lagi, dengan belajar mengendalikan kemarahannya, Eisenhower dapat bekerja sama secara efektif dengan orang lain.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya setiap kita akan dicobai hingga kemarahan kita mudah tersulut. Namun, melalui karya Allah di dalam hidup ini, kita dapat belajar untuk mengendalikan amarah kita. Tidak ada cara yang lebih baik dalam mempengaruhi orang lain selain melalui sikap yang lemah lembut. —HDF

Roh Allah, ubahlah hatiku,
Dan beriku kerinduan yang baru;
Aku ingin menjadi pendamai,
Tidak dikendalikan oleh api amarah.
—K. De Haan

Orang yang menaklukkan kemarahannya telah menaklukkan musuh yang kuat.