Melepaskan
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus. —Filipi 3:7
Ada pepatah yang mengatakan bahwa, “Sampah seseorang adalah harta bagi orang lain.” Ketika David Dudley mencoba untuk membantu orangtuanya membersihkan rumah dari “barang-barang yang tidak diperlukan” sebelum pindah ke rumah yang lebih kecil, ia menemukan kesulitan. Ia sering marah karena orangtuanya menolak untuk membuang barang-barang yang tidak pernah lagi mereka pakai selama puluhan tahun. Akhirnya ayah David menjelaskan supaya ia memahami bahwa meskipun sudah usang dan tidak berguna, barang-barang tersebut mengingatkannya pada kawan-kawan dekat dan kejadian-kejadian penting. Membuang barang-barang itu terasa seperti membuang kenangan lama.
Persamaan secara rohani tentang keengganan kita untuk melepaskan barang-barang yang tidak berguna di dalam rumah kita adalah ketidakmampuan kita untuk membersihkan hati kita dari sikap-sikap yang membebani kita.
Selama bertahun-tahun Saulus dari Tarsus berpegang kepada “kebenaran” dengan menaati hukum Taurat secara mutlak, sampai ia bertemu dengan Yesus di dalam peristiwa yang membutakannya saat melakukan perjalanan ke Damsyik (Kis. 9:1-8). Ketika bertemu langsung dengan Juruselamat yang telah bangkit, Paulus melepaskan kehidupan yang sangat dibanggakannya. Kemudian ia menulis, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (Flp. 3:7).
Ketika Roh Kudus mendorong kita untuk melepaskan segala sikap yang menghalangi kita untuk mengikut Kristus, kita menemukan kemerdekaan sejati untuk melepaskannya. —DCM
Melalui Kristus kita memiliki kemerdekaan
untuk melepaskan segala sesuatu yang perlu dilepaskan.