Menertawakan Musuh

Sabtu, 10 April 2010

Baca: Obaja 1:1-14

Janganlah bersukacita kalau musuhmu jatuh. —Amsal 24:17

Obaja adalah kitab terpendek di dalam Perjanjian Lama. Di dalam kitab yang pendek ini tersirat suatu pertanyaan penting yang mempengaruhi kita semua: Bagaimana seharusnya tanggapan kita waktu melihat musuh kita mengalami kemalangan?

Nabi Obaja melayani pada saat kota Yerusalem diserang secara kejam oleh pasukan tentara Babilonia. Tetangga Yerusalem, bangsa Edom, justru mendukung pasukan musuh untuk memusnahkan dan membunuh penduduk Yerusalem (Mzm. 137:7-9). Ironisnya, dukungan kepada pasukan musuh justru diberikan oleh bangsa Edom, saudara sedarah dari bangsa Yahudi. Bangsa Edom adalah keturunan Esau, sedangkan bangsa Yahudi adalah keturunan Yakub.

Obaja mengutuk bangsa Edom karena mereka bersukacita atas penderitaan saudaranya: “Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya, dan janganlah bersukacita atas keturunan Yehuda pada hari kebinasaannya” (Ob. 1:12).

Apabila seseorang telah berulang kali menyakiti kita, pasti mudah bagi kita untuk merasakan kesenangan yang penuh dendam ketika melihat orang itu mengalami kemalangan. Namun, firman Tuhan mengingatkan kita supaya “Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok” (Ams. 24:17). Kita dianjurkan untuk menunjukkan sikap yang penuh belas kasihan dan mengampuni serta mempercayai bahwa Allah pasti akan menyatakan keadilan pada waktu-Nya. —HDF

Untuk Direnungkan

Cara menangani masalah antar pribadi (Rm. 12): sabar (ay.12), memberkati musuh (ay.14), rendah hati (ay.16), tidak membalas dendam (ay.19), membalas kejahatan dengan kebaikan (ay.21).

Kasih kepada Allah dapat diukur dengan kasih
yang kita tunjukkan kepada musuh kita yang terjahat.